OLEH : IDA BGS
EKA ARTIKA
Abstrak
Peningkatan pendapatan rumah tangga,
secara umum akan cenderung merubah pola konsumsi khususnya jika dilihat dari
pola konsumsi untuk pangan dan non pangan. Menurut Engel, sesuai dengan penelitian yang dilakukannya,
dinyatakan bahwa ketika pendapatan meningkat maka proporsi untuk pengeluaran pangan
akan menurun, walaupun secara absolut jumlahnya meningkat. Penurunan proporsi pengeluaran untuk pangan
akan diikuti dengan peningkatan proporsi pengeluaran untuk non pangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola konsumsi masyarakat perkotaan, berdasarkan tingkat
pendapatan dan jumlah anggota keluarga
di Kota Mataram. Dengan teknik pengambilan sampel purposive, ditentukan
sebanyak 104 rumah tangga sebagai sampel tersebar di 6 Kecamatan di Kota Mataram.
Dari
hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan
keluarga, maka kecenderungan proporsi pengeluaran untuk pangan menurun, yang
diikuti dengan peningkatan proporsi pengeluaran untuk non pangan. Demikian pula
jika dilihat dari ukuran rumah tangga yang dicerminkan oleh jumlah anggota keluarga,
semakin banyak jumlah anggota keluarga maka proporsi pengeluaran konsumsi
pangan akan semakin tinggi proporsinya, dan di lain pihak proporsi untuk
pengeluaran non pangan semakin menurun. Dari hasil penelitian, disarankan
kepada Pemkot Mataram untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemetaan
kebutuhan konsumsi masyarakat khususnya kebutuhan non pangan, untuk
mengantisipasi penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat,
sehingga pemerintah bisa mengantisipasi kebutuhan masyarakat melalui
perencanaan ekonomi yang lebih cermat.
Kata Kunci : Pola Konsumsi, Konsumsi Pangan dan Non
Pangan, Masyarakat Perkotaan.
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan yang terus dilakukan oleh pemerintah dewasa
ini , bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang berimplikasi terhadap
peningkatan kualitas kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pembangunan bidang
ekonomi, yang menjadi prioritas dalam
pembangunan nasional, terus digalakkan, dengan melibatkan masyarakat secara
luas agar masyarakat memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya dari hasil pembangunan tersebut. Berbagai program
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan potensi ekonomi masyarakat, agar masyarakat semakin kuat secara ekonomi, yang akan
berpengaruh terhadap ketangguhan ekonomi nasional.
Peningkatan
kesejahterraan masyarakat, salah satu indikatornya ditunjukkan oleh
meningkatnya pendapatan masyarakat.
Meningkatnya pendapatan tersebut akan mendorong masyarakat untuk
melakukan pengeluaran konsumsi yang lebih tinggi, yang secara makro akan
berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pengeluaran
konsumsi masyarakat akan mendorong sektor riil untuk bertumbuh, dengan
memproduksi segala macam kebutuhan masyarakat, yang berarti bahwa aktivitas
ekonomi masyarakat juga akan semakin berkembang. Semakin tinggi tingkat
pendapatan masyarakat, maka semakin banyak jenis kebutuhan yang diinginkan sehingga pihak produsen juga harus mengimbanginya dengan
memproduksi produk-produk yang semakin beragam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
konsumsi rumahtangga antara lain tingkat pendapatan rumahtangga, jumlah anggota
rumahtangga, pendidikan kepala rumahtangga dan status pekerjaan kepala
rumahtangga. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan hubungan
antara tingkat pendapatan dan pola konsumsi rumahtangga. Teori Engel’s
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumahtangga semakin rendah
persentase pengeluaran konsumsi makanan (Wikipedia, 2011). Berdasarkan teori
klasik ini maka suatu rumahtangga bisa dikategorikan lebih sejahtera bila
persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentase
pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk
pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan rumahtangga, karena
sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan.
Kota
Mataram, sebagai salah satu wilayah di Propinsi Nusa Tenggara Barat, merupakan
ibu kota Propinsi dijadikan barometer
dalam berbagai hal, khususnya sektor pembangunan ekonominya. Kota Mataram, terdiri dari 6 wilayah
Kecamatan, dengan jumlah penduduk
375.506 Jiwa (Kota mataram Dalam Angka, 2010).
Pertumbuhan
ekonomi kota Mataram, yang rata-rata di
atas 7 % dalam setahun, merupakan indikasi bahwa perkembangan ekonomi
Kota Mataram relatif pesat. Pertumbuhan ekonomi, mencerminkan juga
pertumbuhan tingkat pendapatan masyarakat kota Mataram, di mana berdasarkan
harga konstan tahun 2000 maupun berdasarkan harga berlaku, pendapatan per kapita penduduk kota
Mataram cenderung terus meningkat, walaupun peningkatannya semakin kecil dari tahun ke tahun sesuai dengan
data Badan Pusat Statistik yaitu Kota
Mataram Dalam Angka, 2010. Peningkatan pendapatan per kapita, secara pasti akan
mendorong masyarakat untuk meningkatkan pengeluaran konsumsinya, khususnya
untuk kebutuhan di luar makanan, sehingga pola konsumsi masyarakat ini perlu untuk diteliti lebih mendalam.
Secara lebih jelas pertumbuhan pendapatan per
kapita, baik berdasarkan harga konstan tahun 2000, maupun berdasarkan harga
berlaku, seperti diperlihatkan dalam tabel
berikut :
Tabel 1
: Pertumbuhan Pendapatan
Perkapita Penduduk Kota Mataram,
Periode 2005 – 2009
Tahun
|
ADH
Konstan
Th.
2000 (Rp)
|
∆ %
|
ADH
Berlaku
(Rp)
|
∆ %
|
2005
|
3.899.154
|
-
|
6.041.299
|
-
|
2006
|
4.252.315
|
9,06
|
7.045.289
|
16,62
|
2007
|
4.558.496
|
7,20
|
8.115.516
|
15,19
|
2008
|
4.882.322
|
5,79
|
9.394.437
|
15,76
|
2009
|
5.056.789
|
3,57
|
10.331.837
|
9,98
|
Rata-rata
|
-
|
6,41
|
-
|
14,39
|
Sumber : Mataram Dalam
Angka, 2010
Melihat data tabel di atas, di mana
pendapatan per kapita masyarakat Kota Mataram dalam 5 tahun terkahir cenderung meningkat,
baik berdasarkan harga konstan tahun 2000 maupun berdasarkan harga berlaku,
sehingga perilaku konsumsinya diperkirakan akan mengalami pergeseran, khususnya dilihat
dari pola konsumsi pangan dan non
pangan.
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “POLA
KONSUMSI MASYARAKAT
PERKOTAAN BERDASARKAN TINGKAT
PENDAPATAN DAN UKURAN
KELUARGA, STUDI KASUS DI KOTA MATARAM.”
1.2. Pokok
Masalah
Perumusan
pokok masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana kecenderungan pola konsumsi
masyarakat dilihat dari tingkat pendapatan dan ukuran keluarga di Kota Mataram.
1.3. Tujuan
dan Manfaat
a.
Tujuan Penelitian, adalah untuk
mengetahui pola konsumsi masyarakat di Kota Mataram berdasarkan tingkat
pendapatan dan ukuran keluarga.
b.
Manfaat penelitian, adalah sebagai bahan informasi bagi pihak terkait, khususnya
pemerintah Kota Mataram, dalam menyusun
program-program kebijakan yang terkait dengan program ekonomi yang menyentuh
kepentingan masyarakat Kota Mataram.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian
Pola Konsumasi
Menurut Badan Pusat Statistik
(2010), pola konsumsi rumahtangga
didefinisikan sebagai proporsi pengeluaran rumahtangga yang dialokasikan
untuk kebutuhan pangan dan non pangan. Pola konsumsi rumah tangga merupakan
salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga/keluarga. Selama ini berkembang
pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan
terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran
kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran
yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang
berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin
kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah
tangga. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga akan semakin sejahtera
bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan
persentase pengeluaran untuk non makanan.
2.2. Pengertian Pendapatan
Berdasarkan
model ekonomi dengan diagram circular flow pengertian
pendapatan rumah tangga konsumen adalah
seluruh balas jasa yang diterima oleh rumah tangga konsumen dari
faktor-faktor produksi yang digunakan oleh rumah tangga produksi, yaitu
sewa, bunga, upah dan laba. (Murni, 2006).
Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan rumah tangga, adalah seluruh
pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga yang bekerja dalam suatu rumah
tangga yang dijumlahkan dalam satu
bulan. Pendapatan rumah tangga akan dikelompokkan menjadi rumah tangga
berpendapatan relatif rendah, sedang dan tinggi.
2.3. Ukuran
Keluarga
Ukuran
keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan suatu
rumahtangga (Badan Pusat Statistik, 2010). Dalam kegiatan Susenas biasa dikenal
dengan jumlah anggota rumahtangga.
Menurut Sediaoetama,
dalam Muchlis (2009), kebutuhan
sehari-hari dalam suatu rumahtangga tidak merata antar anggota rumahtangga,
karena kebutuhan setiap anggota rumahtangga tergantung pada struktur umur
mereka. Artinya, setiap anggota rumahtangga memerlukan porsi makanan yang
sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang ditentukan berdasarkan umur dan keadaan
fisik masing-masing.
Dilain pihak pola konsumsi juga dapat dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya pendapatan rumahtangga. Semakin membaiknya pendapatan
rumahtangga, biasanya akan diiringi dengan alokasi pengeluaran untuk keperluan
pangan yang cenderung menurun dan sebaliknya pengeluaran untuk keperluan non
makanan cenderung akan meningkat.
2.4. Kerangka Konseptual Penelitian
Adapun kerangka
konseptual penelitian, digambarkan dalam bagan berikut :
III.
METODE
PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan pada saat
sekarang melalui pengumpulan, pengolahan
dan analisis data sampai dengan menarik kesimpulan. Menurut Sigit (2001), penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data supaya dapat
menguji hipotesis yang diajukan atau
untuk menjawab pertanyaan mengenai keadaan/status dari subyek yang sedang
diteliti. Data deskriptif biasanya dikumpulkan dengan suatu survai kuesioner,
wawancara, observasi atau kombinasi dari metode-metode ini.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di wilayah Kota Mataram, yang terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Kecamatan Ampenan, Sekarbela, Mataram, Selaparang, Cakranegara dan Sandubaya.
Pemilihan lokasi penelitian di Kota Mataram, berdasarkan pertimbangan bahwa
Kota Mataram merupakan Ibu Kota Propinsi, dimana masyarakatnya relatif heterogen dengan berbagai jenis
pekerjaan yang ditekuni, serta tingkat pendapatannya menyebar dari pendapatan
yang relatif rendah sampai dengan pendapatan yang relatif tinggi.
3.3. Populasi
dan Sampel
Populasi
dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang ada di Kota Mataram, yang berjumlah 104.443 rumah
tangga tersebar di 6 Kecamatan. Sedangkan sampel diambil dari seluruh
Kecamatan, dengan metode non probability sampling menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu dengan mengambil sampel tersebar pada semua kelompok pendapatan
dan semua sampel tercakup seluruh anggota keluarga mulai dari anggota keluarga
2 orang sampai dengan keluarga dengan
jumlah anggota lebih dari 8 orang.
Sampel ditentukan sejumlah 104 rumah tangga, yaitu masing-masing 0,1 persen dari populasi rumah tangga di setiap Kecamatan. Penentuan
jumlah sampel yang hanya 0,1 % dengan pertimbangan keterbatasan dana, waktu dan
tenaga, di mana dengan teknik purposive, diusahakan semua aspek yang akan
diteliti terwakili dari responden rumah tangga yang diambil sebagai
sampel. Adapun populasi dan jumlah
sampel, ditunjukkan dalam tabel 2 berikut :
Tabel 2
: Populasi dan Jumlah Sampel pada
Masing-masing Kecamatan Di Kota Mataram.
Kecamatan
|
Jumlah RT
|
Jumlah Sampel
|
%
Sampel
|
Ampenan
|
19.614
|
20
|
0,1
|
Sekarbela
|
13.928
|
14
|
0,1
|
Mataram
|
18.237
|
18
|
0,1
|
Selaparang
|
21.288
|
21
|
0,1
|
Cakranegara
|
16.155
|
16
|
0,1
|
Sandubaya
|
15.221
|
15
|
0,1
|
Jumlah
|
104.443
|
104
|
-
|
Sumber data : Mataram Dalam Angka, 2010
3.4. Variabel
Penelitian
Adapun
variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini
yang berkaitan dengan pemecahan masalah, terdiri dari :
a.
Variabel
tingkat pendapatan rumah tangga
b.
Variabel
ukuran keluarga
c.
Variabel
pengeluaran konsumsi untuk pangan
d.
Variabel
pengeluaran konsumsi untuk non pangan
3.5. Prosedur
Analisis
Analisis data dilakukan
dengan cara analisis tabel silang, dimana semua data mentah yang dikumpulkan
diproses dan diolah dengan tahapan-tahapan berikut :
a.
Pengumpulan data dari responden melalui
wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan.
b.
Tabulasi data, dengan memasukkan data
mentah menjadi tabel distribusi
frekuensi sederhana
c.
Melakukan interpretasi data, berdasarkan kriteria
analisis yang sesuai dengan pemecahan masalah .
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi
Responden
Sesuai dengan metode
pengambilan sampel, responden penelitian ini diambil dari 6 Kecamatan di Kota
Mataram, berjumlah 104 rumah tangga terpilih,
yang diidentifikasi sesuai dengan kriteria purposive sampling, yaitu
memenuhi kriteria tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga, seperti
berikut ini :
a.
Responden Dilihat dari Tingkat Pendapatan Keluarga
Dilihat
dari tingkat pendapatannya, maka responden dibagi menjadi 3 strata pendapatan, yang mewakili
masyarakat berpendapatan relatif rendah,
masyarakat berpendapatan relatif sedang dan masyarakat berpendapatan relatif
tinggi.
-
Masyarakat berpendapatan relatif rendah
yaitu rumah tangga dengan tingkat pendapatan sampai dengan Rp. 1.000.000,- yang
dikelompokkan menjadi 2 :
Ø Kelompok
berpendapatan Rp. 500.000,- atau kurang
Ø Kelompok
berpendapatan antara Rp. 500.001 sampai
dengan Rp. 1.000.000,-
Jumlah
sampel pada kelompok rumah tangga berpenghasilan relatif rendah ini diambil sejumlah 20 %, yaitu
sebanyak 21 orang, dengan komposisi pada kelompok pertama diambil 10
orang dan kelompok kedua diambil
sebanyak 11 orang.
-
Masyarakat berpendapatan relatif sedang yaitu
rumah tangga dengan tingkat pendapatan Rp. 1.000.001 sampai dengan Rp. 7.500.000,- dikelompokkan
menjadi 3 :
Ø Kelompok
berpendapatan Rp. 1.000.001 sampai dengan Rp. 2.500.000,-
Ø Kelompok
berpendapatan Rp. 2.500.001 sampai
dengan Rp. 5.000.000,-
Ø Kelompok
berpendapatan Rp. 5.000.001 sampai dengan Rp. 7.500.000,-
Jumlah
sampel pada kelompok rumah tangga berpenghasilan relatif sedang ini adalah
sebesar 60 %, dimana pada masing-masing kelompok diambil sejumlah 21 orang.
-
Masyarakat berpendapatan relatif tinggi
yaitu rumah tangga dengan tingkat pendapatan di atas Rp. 7.500.000,-
dikelompokkan menjadi 2
Ø Kelompok
berpendapatan Rp. 7.500.001 sampai
dengan Rp. 10.000.000,-
Ø Kelompok
berpendapatan Rp. 10.000.001 ke atas
Jumlah
sampel pada kelompok rumah tangga berpenghasilan relatif tinggi ini adalah
sejumlah 20 orang sampel, yaitu jumlah sampel yang tersisa, dimana pada
masing-masing kelompok diambil sejumlah 10 orang.
b.
Responden Dilihat dari Jumlah Anggota
Keluarga
Jika dilihat dari jumlah anggota rumah keluarga, maka responden tersebar dari
keluarga dengan anggota 2 orang, sampai dengan
11 orang, yang akan dibagi menjadi
4 kelompok dimana masing-masing sampel kelompok mendapat jatah 25 %
sampel, yaitu 26 orang :
Ø Kelompok
I, responden dengan jumlah anggota keluarga antara 2 – 3 orang
Ø Kelompok
II, responden dengan jumlah anggota keluarga antara 4 – 5 orang
Ø Kelompok
III, responden dengan jumlah anggota keluarga antara 6 - 7 orang
Ø Kelompok
IV, responden dengan jumlah anggota keluarga 8 orang atau lebih
4.2. Pola
Konsumsi Pangan dan Non Pangan Responden
Data
yang dikumpulkan dari sampel responden,
setelah dilakukan tabulasi ke dalam tabel distribusi frekuensi sederhana,
diperoleh gambaran tentang pola konsumsi pangan dan non pangan berdasarkan
kelompok-kelompok pendapatan keluarga, sebagai berikut :
Tabel 3 : Rata-rata konsumsi pangan dan non pangan
pada setiap kelompok pendapatan
No
|
Klp Pendapatan
(Rp.000)
|
Kons.Pangan
( Rp. 000)
|
Kons Non Pgn
( Rp. 000)
|
% Pangan
|
% Non Pgn
|
1
|
Kurang dari 500
|
360
|
75
|
82,76
|
17,24
|
2
|
500,001 –
1.000
|
536
|
210
|
71,85
|
28,15
|
3
|
1.000,001 – 2.500
|
828
|
435
|
65,56
|
34,44
|
4
|
2.500,001 - 5.000
|
1.730
|
2.029
|
46,02
|
53,98
|
5
|
5.000,001 - 7.500
|
3.026
|
4.147
|
42,19
|
57,81
|
6
|
7.500,001 – 10.000
|
3.615
|
5.180
|
41,10
|
58,90
|
7
|
Di atas 10.000
|
4.300
|
7.250
|
37,23
|
62,77
|
Sumber : data primer,
diolah.
Data
pada tabel 3, memperlihatkan rerata masing-masing kelompok pendapatan setelah
dilakukan analisis secara menyeluruh terhadap 104 sampel responden, di mana
dalam semua kelompok pendapatan juga tersebar
jumlah anggota keluarga secara bervariasi, sehingga khusus untuk kelompok
ukuran rumah tangga, akan diperlihatkan dalam tabel berikutnya. Seperti diduga
sebelumnya, ternyata bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, tanpa
memperhatikan jumlah anggota keluarga pada kelompok tersebut, maka persentase
konsumsi untuk pangan secara realistis
terlihat menurun, mulai dari 82, 76 % pada kelompok berpendapatan kurang dari
Rp. 500.000,- sampai dengan hanya 37,23
% pada kelompok pendapatan keluarga yang relatif tertinggi, yaitu di atas Rp. 10.000.000,-
Selanjutnya,
jika dilihat dari kelompok ukuran rumah tangga, yaitu dengan menggunakan
anggota keluarga sebagai indikatornya, dengan asumsi bahwa semua kelompok
ukuran rumah tangga ini tersebar pada semua kelompok tingkat pendapatan secara
merata, maka setelah dilakukan pengolahan
data secara statistik, diperoleh gambaran tentang pola konsumsi pangan dan non
pangan pada setiap kelompok ukuran rumah tangga seperti dalam tabel 4 berikut :
Tabel 4 : Rata-rata konsumsi pangan dan non pangan
pada setiap kelompok ukuran RT
No
|
Klp Ukuran RT
(Jml Anggt Klrg)
|
Kons.Pangan
( Rp. 000)
|
Kons Non Pgn
( Rp. 000)
|
% Pangan
|
% Non Pgn
|
1
|
2
- 3
|
1.210
|
3.245
|
27,16
|
72,84
|
2
|
4
- 5
|
1.725
|
2.580
|
40,07
|
59,93
|
3
|
6
- 7
|
2.724
|
2.260
|
54,65
|
45,35
|
4
|
8
- lebih
|
3.265
|
3.187
|
50,60
|
49,40
|
Sumber : data primer,
diolah.
Jika
dilihat ukuran rumah tangganya, semakin
banyak jumlah anggota keluarga, maka konsumsi untuk pangan juga relatif semakin
banayak, dan ternyata juga jika dilihat proporsinya antara konsumsi pangan dan
non pangan, persentasenya juga cenderung semakin meningkat sejalan dengan
peningkatan jumlah anggota keluarga.
Sesuai tabel di atas, pada kelompok rumah tangga yang relatif kecil,
maka proporsi untuk konsumsi pangan rata-rata 27,16 persen dan konsumsi non
pangan sebesar 72,84 persen. Sedangkan pada rumah tangga dengan anggota keluarga 8 orang atau lebih, sekitar
rata-rata 50,60 persen pendapatan mereka digunakan untuk keperluan konsumsi
pangan.
V.
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Simpulan
Sesuai
dengan hasil analisis data, dilihat dari
tingkat pendapatan keluarga, semakin tinggi pendapatan keluarga, maka
kecenderungan pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan pangan semakin menurun
proporsinya, dan di lain pihak proporsi pengeluaran non pangan semakin
meningkat. Demikian pula dengan ukuran
rumah tangga yang ditunjukkan dengan jumlah anggota keluarga, di mana semakin
banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin tinggi pula proporsi untuk konsumsi
pangan dan sebaliknya proporsi untuk konsumsi non pangan semakin rendah.
5.2. Saran
Kepada
Pemkot Mataram, disarankan untuk melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan pemetaan kebutuhan konsumsi
masyarakat khususnya kebutuhan non pangan, untuk mengantisipasi penyediaan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga pemerintah bisa
mengantisipasi kebutuhan masyarakat melalui perencanaan ekonomi yang lebih
cermat.
DAFTAR PUSTAKA
Mataram
Dalam Angka, 2010, Badan Pusat Statistik Kota Mataram.
Muchlis
Sjirat, (2009), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Rumah
Tangga Miskin Perkotaan di Sumatera Barat, Hasil Penelitian, Pemda
Propinsi Sumatera Barat.
Mulyanto
Sumardi, dkk (1986), Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, CV Rajawali Press,
Jakarta.
Murni,
Asfia, (2006) Ekonomika Makro, Penerbit Refika Aditama, Bandung
Nazir
Moh, (1995) Metode Penelitian, Ghalia Indonesia.
Sigit,
Suhardi, (2001), Pengantar Metodologi Penelitian Sosial, Bisnis, Manajemen,
Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa
Yogyakarta.
Sugiono,
(2001), Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
www.
Wikipedia, org .
‘* Naskah ini dimuat pada : Media Informasi
Ilmiah Universitas Mahasaraswati Mataram, GANECSWARA, Vol 5 Nomor 2, September 2011, ISSN : 1978 - 0125
Coin Casino: A Trustworthy Platform for Crypto
BalasHapusCoin Casino is 1xbet korean one of the best crypto gambling sites that can be 카지노 played in the USA. It is 인카지노 the world's biggest and most trusted crypto casino.