Sabtu, 24 Maret 2012

POLA KONSUMSI MASYARAKAT PERKOTAAN BERDASARKAN TINGKAT PENDAPATAN DAN UKURAN KELUARGA , STUDI KASUS DI KOTA MATARAM. *



OLEH  : IDA BGS  EKA ARTIKA      

Abstrak
Peningkatan pendapatan rumah tangga, secara umum akan cenderung merubah pola konsumsi khususnya jika dilihat dari pola konsumsi untuk pangan dan non pangan. Menurut Engel,  sesuai dengan penelitian yang dilakukannya, dinyatakan bahwa ketika pendapatan meningkat maka proporsi untuk pengeluaran pangan akan menurun, walaupun secara absolut jumlahnya meningkat.  Penurunan proporsi pengeluaran untuk pangan akan diikuti dengan peningkatan proporsi pengeluaran untuk non pangan.   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  pola konsumsi  masyarakat perkotaan, berdasarkan tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga  di Kota Mataram. Dengan teknik pengambilan sampel purposive, ditentukan sebanyak 104 rumah tangga sebagai sampel tersebar di  6 Kecamatan di Kota Mataram.
          Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, maka kecenderungan proporsi pengeluaran untuk pangan menurun, yang diikuti dengan peningkatan proporsi pengeluaran untuk non pangan. Demikian pula jika dilihat dari ukuran rumah tangga yang dicerminkan oleh jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka proporsi pengeluaran konsumsi pangan akan semakin tinggi proporsinya, dan di lain pihak proporsi untuk pengeluaran non pangan semakin menurun. Dari hasil penelitian, disarankan kepada Pemkot Mataram untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemetaan kebutuhan konsumsi masyarakat khususnya kebutuhan non pangan, untuk mengantisipasi penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga pemerintah bisa mengantisipasi kebutuhan masyarakat melalui perencanaan ekonomi yang lebih cermat.

Kata Kunci : Pola Konsumsi, Konsumsi Pangan dan Non Pangan,  Masyarakat Perkotaan.




I.      PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Pembangunan  yang terus dilakukan oleh pemerintah dewasa ini ,  bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera akan menghasilkan  sumber daya manusia  yang berkualitas, yang berimplikasi terhadap peningkatan kualitas kehidupan  berbangsa dan bernegara.  Pembangunan bidang ekonomi, yang menjadi  prioritas dalam pembangunan nasional, terus digalakkan, dengan melibatkan masyarakat secara luas agar masyarakat  memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari hasil pembangunan tersebut. Berbagai program pemberdayaan masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan potensi ekonomi masyarakat, agar masyarakat  semakin kuat secara ekonomi, yang akan berpengaruh terhadap ketangguhan ekonomi nasional.
Peningkatan kesejahterraan masyarakat, salah satu indikatornya ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat.  Meningkatnya pendapatan tersebut akan mendorong masyarakat untuk melakukan pengeluaran konsumsi yang lebih tinggi, yang secara makro akan berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pengeluaran konsumsi masyarakat akan mendorong sektor riil untuk bertumbuh, dengan memproduksi segala macam kebutuhan masyarakat, yang berarti bahwa aktivitas ekonomi masyarakat juga akan semakin berkembang. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka semakin banyak jenis kebutuhan yang diinginkan  sehingga pihak  produsen juga harus mengimbanginya dengan memproduksi produk-produk yang semakin beragam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi rumahtangga antara lain tingkat pendapatan rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga, pendidikan kepala rumahtangga dan status pekerjaan kepala rumahtangga. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan hubungan antara tingkat pendapatan dan pola konsumsi rumahtangga. Teori Engel’s menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumahtangga semakin rendah persentase pengeluaran konsumsi makanan (Wikipedia, 2011). Berdasarkan teori klasik ini maka suatu rumahtangga bisa dikategorikan lebih sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentase pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan rumahtangga, karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan.
Kota Mataram, sebagai salah satu wilayah di Propinsi Nusa Tenggara Barat, merupakan ibu kota Propinsi  dijadikan barometer dalam berbagai hal, khususnya sektor pembangunan ekonominya.  Kota Mataram, terdiri dari 6 wilayah Kecamatan, dengan jumlah penduduk  375.506 Jiwa (Kota mataram Dalam Angka, 2010).
Pertumbuhan ekonomi kota Mataram, yang rata-rata  di atas 7  % dalam setahun,  merupakan indikasi bahwa perkembangan ekonomi Kota Mataram relatif  pesat.  Pertumbuhan ekonomi, mencerminkan juga pertumbuhan tingkat pendapatan masyarakat kota Mataram, di mana berdasarkan harga konstan tahun 2000 maupun berdasarkan harga  berlaku, pendapatan per kapita penduduk kota Mataram  cenderung  terus meningkat, walaupun peningkatannya  semakin kecil dari tahun ke tahun sesuai dengan data  Badan Pusat Statistik yaitu Kota Mataram Dalam Angka, 2010. Peningkatan pendapatan per kapita, secara pasti akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan pengeluaran konsumsinya, khususnya untuk kebutuhan di luar makanan, sehingga pola konsumsi masyarakat  ini perlu untuk diteliti lebih mendalam.
 Secara lebih jelas pertumbuhan pendapatan per kapita, baik berdasarkan harga konstan tahun 2000, maupun berdasarkan harga berlaku, seperti diperlihatkan dalam tabel  berikut :



Tabel  1  :  Pertumbuhan Pendapatan Perkapita  Penduduk Kota Mataram, Periode  2005 – 2009
 Tahun
ADH Konstan
Th. 2000 (Rp)
      ∆ %
ADH
Berlaku (Rp)
      ∆ %
2005
  3.899.154
       -
    6.041.299
        -
2006
  4.252.315
     9,06
    7.045.289
       16,62
2007
  4.558.496
     7,20
    8.115.516
       15,19
2008
  4.882.322
     5,79
    9.394.437
       15,76
2009
  5.056.789
     3,57
  10.331.837
         9,98
Rata-rata
                 -
     6,41
               -        
       14,39
Sumber : Mataram Dalam Angka, 2010

  Melihat data tabel di atas, di mana pendapatan per kapita masyarakat Kota Mataram dalam 5 tahun terkahir cenderung meningkat, baik berdasarkan harga konstan tahun 2000 maupun berdasarkan harga berlaku, sehingga perilaku  konsumsinya diperkirakan  akan mengalami pergeseran, khususnya dilihat dari pola konsumsi pangan  dan non pangan.
Sehubungan dengan hal tersebut,  maka  dipandang perlu  untuk melakukan penelitian dengan judul  “POLA  KONSUMSI   MASYARAKAT  PERKOTAAN     BERDASARKAN  TINGKAT  PENDAPATAN   DAN  UKURAN  KELUARGA, STUDI KASUS   DI  KOTA MATARAM.”
1.2.       Pokok Masalah
Perumusan pokok masalah dalam penelitian ini adalah   bagaimana kecenderungan pola konsumsi   masyarakat  dilihat dari tingkat  pendapatan dan ukuran keluarga  di Kota Mataram.

1.3.       Tujuan dan Manfaat
a.       Tujuan Penelitian, adalah untuk mengetahui pola  konsumsi  masyarakat di Kota Mataram berdasarkan tingkat pendapatan dan ukuran keluarga.
b.      Manfaat penelitian, adalah sebagai  bahan informasi bagi pihak terkait, khususnya pemerintah  Kota Mataram, dalam menyusun program-program kebijakan yang terkait dengan program ekonomi yang menyentuh kepentingan masyarakat Kota Mataram.

II.           TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pengertian Pola Konsumasi
            Menurut Badan Pusat Statistik (2010), pola konsumsi rumahtangga  didefinisikan sebagai proporsi pengeluaran rumahtangga yang dialokasikan untuk kebutuhan pangan dan non pangan. Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga/keluarga. Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga.  Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk non makanan. 
2.2.  Pengertian  Pendapatan
Berdasarkan model  ekonomi dengan diagram circular flow pengertian pendapatan rumah tangga konsumen  adalah seluruh balas jasa yang diterima oleh rumah tangga konsumen  dari  faktor-faktor produksi yang digunakan oleh rumah tangga produksi, yaitu sewa, bunga, upah dan laba. (Murni, 2006).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan rumah tangga, adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga yang bekerja dalam suatu rumah tangga  yang dijumlahkan dalam satu bulan. Pendapatan rumah tangga akan dikelompokkan menjadi rumah tangga berpendapatan relatif rendah, sedang dan tinggi.
2.3.  Ukuran Keluarga
Ukuran keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan suatu rumahtangga (Badan Pusat Statistik, 2010). Dalam kegiatan Susenas biasa dikenal dengan jumlah anggota rumahtangga.
Menurut Sediaoetama, dalam Muchlis (2009), kebutuhan sehari-hari dalam suatu rumahtangga tidak merata antar anggota rumahtangga, karena kebutuhan setiap anggota rumahtangga tergantung pada struktur umur mereka. Artinya, setiap anggota rumahtangga memerlukan porsi makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang ditentukan berdasarkan umur dan keadaan fisik masing-masing.
Dilain pihak pola konsumsi juga dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan rumahtangga. Semakin membaiknya pendapatan rumahtangga, biasanya akan diiringi dengan alokasi pengeluaran untuk keperluan pangan yang cenderung menurun dan sebaliknya pengeluaran untuk keperluan non makanan cenderung akan meningkat.

2.4.  Kerangka  Konseptual Penelitian
Adapun kerangka konseptual penelitian, digambarkan dalam bagan berikut :


  

III.        METODE PENELITIAN
3.1.       Jenis  Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif,  yaitu penelitian yang dilakukan pada saat sekarang  melalui pengumpulan, pengolahan dan analisis data sampai dengan menarik kesimpulan.  Menurut Sigit (2001), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data supaya dapat menguji hipotesis yang diajukan  atau untuk menjawab pertanyaan mengenai keadaan/status dari subyek yang sedang diteliti. Data deskriptif biasanya dikumpulkan dengan suatu survai kuesioner, wawancara, observasi atau kombinasi dari metode-metode ini.
3.2.       Lokasi  Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Mataram, yang terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Ampenan, Sekarbela, Mataram, Selaparang, Cakranegara dan Sandubaya. Pemilihan lokasi penelitian di Kota Mataram, berdasarkan pertimbangan bahwa Kota Mataram merupakan Ibu Kota Propinsi, dimana masyarakatnya  relatif heterogen dengan berbagai jenis pekerjaan yang ditekuni, serta tingkat pendapatannya menyebar dari pendapatan yang relatif rendah sampai dengan pendapatan yang relatif tinggi. 
3.3.       Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang ada di  Kota Mataram, yang berjumlah 104.443 rumah tangga tersebar di 6 Kecamatan. Sedangkan sampel diambil dari seluruh Kecamatan, dengan metode non probability sampling menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan mengambil sampel tersebar pada semua kelompok pendapatan dan semua sampel tercakup seluruh anggota keluarga mulai dari anggota keluarga 2 orang sampai dengan  keluarga dengan jumlah anggota lebih dari 8 orang.  Sampel ditentukan sejumlah 104 rumah tangga, yaitu masing-masing  0,1 persen dari populasi  rumah tangga di setiap Kecamatan. Penentuan jumlah sampel yang hanya 0,1 % dengan pertimbangan keterbatasan dana, waktu dan tenaga, di mana dengan teknik purposive, diusahakan semua aspek yang akan diteliti terwakili dari responden rumah tangga yang diambil sebagai sampel.  Adapun populasi dan jumlah sampel, ditunjukkan dalam tabel 2 berikut :
Tabel  2  :  Populasi dan Jumlah Sampel pada Masing-masing Kecamatan Di Kota Mataram.
Kecamatan
 Jumlah RT
 Jumlah Sampel
  %   Sampel
Ampenan
       19.614
      20
     0,1
Sekarbela
       13.928
      14
     0,1
Mataram
       18.237
      18
     0,1
Selaparang
       21.288
      21
     0,1
Cakranegara
       16.155
      16
     0,1
Sandubaya
       15.221
      15
     0,1
  Jumlah
     104.443
    104
      -
     Sumber data : Mataram Dalam Angka, 2010
  
3.4.       Variabel Penelitian
Adapun variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini  yang berkaitan dengan pemecahan masalah, terdiri dari :
a.   Variabel tingkat pendapatan rumah tangga
b.  Variabel ukuran keluarga
c.   Variabel pengeluaran konsumsi untuk pangan
d.  Variabel pengeluaran konsumsi untuk non pangan

3.5.       Prosedur Analisis
Analisis data dilakukan dengan cara analisis tabel silang, dimana semua data mentah yang dikumpulkan diproses dan diolah dengan tahapan-tahapan berikut :
a.              Pengumpulan data dari responden melalui wawancara berpedoman  pada daftar pertanyaan.
b.             Tabulasi data, dengan memasukkan data mentah  menjadi tabel distribusi frekuensi sederhana
c.              Melakukan  interpretasi data, berdasarkan kriteria analisis yang sesuai dengan pemecahan masalah .

IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.       Identifikasi Responden
Sesuai dengan metode pengambilan sampel, responden penelitian ini diambil dari 6 Kecamatan di Kota Mataram, berjumlah 104 rumah tangga terpilih,  yang diidentifikasi sesuai dengan kriteria purposive sampling, yaitu memenuhi kriteria tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga, seperti berikut ini :
a.              Responden Dilihat dari  Tingkat Pendapatan Keluarga
Dilihat dari tingkat pendapatannya, maka responden dibagi menjadi  3 strata pendapatan, yang mewakili masyarakat  berpendapatan relatif rendah, masyarakat berpendapatan relatif sedang dan masyarakat berpendapatan relatif tinggi.
-             Masyarakat berpendapatan relatif rendah yaitu rumah tangga dengan tingkat pendapatan sampai dengan Rp. 1.000.000,- yang  dikelompokkan menjadi 2 :
Ø  Kelompok berpendapatan  Rp. 500.000,- atau kurang
Ø  Kelompok berpendapatan antara Rp. 500.001  sampai dengan  Rp. 1.000.000,-
Jumlah sampel pada kelompok rumah tangga berpenghasilan relatif rendah  ini diambil sejumlah  20 %, yaitu  sebanyak 21 orang, dengan komposisi pada kelompok pertama diambil 10 orang dan kelompok kedua diambil  sebanyak 11 orang.

-             Masyarakat berpendapatan relatif sedang yaitu rumah tangga dengan tingkat pendapatan Rp. 1.000.001  sampai dengan Rp. 7.500.000,- dikelompokkan menjadi  3 :
Ø  Kelompok berpendapatan Rp. 1.000.001  sampai dengan  Rp. 2.500.000,-
Ø  Kelompok berpendapatan Rp. 2.500.001  sampai dengan  Rp. 5.000.000,-
Ø  Kelompok berpendapatan Rp. 5.000.001 sampai dengan Rp. 7.500.000,-
Jumlah sampel pada kelompok rumah tangga berpenghasilan relatif sedang ini adalah sebesar 60 %, dimana pada masing-masing kelompok diambil sejumlah 21 orang.
-             Masyarakat berpendapatan relatif tinggi yaitu rumah tangga dengan tingkat pendapatan di atas Rp. 7.500.000,- dikelompokkan menjadi 2
Ø  Kelompok berpendapatan Rp. 7.500.001  sampai dengan  Rp. 10.000.000,-
Ø  Kelompok berpendapatan Rp. 10.000.001  ke atas
Jumlah sampel pada kelompok rumah tangga berpenghasilan relatif tinggi  ini adalah  sejumlah 20 orang sampel, yaitu jumlah sampel yang tersisa, dimana pada masing-masing kelompok diambil sejumlah 10 orang.
b.             Responden Dilihat dari Jumlah Anggota Keluarga
Jika dilihat dari jumlah anggota rumah  keluarga, maka responden tersebar dari keluarga dengan anggota 2 orang, sampai dengan  11 orang, yang akan dibagi menjadi  4 kelompok dimana masing-masing sampel kelompok mendapat jatah 25 % sampel,  yaitu  26 orang :
Ø  Kelompok I, responden dengan jumlah anggota keluarga antara 2 – 3  orang 
Ø  Kelompok II, responden dengan jumlah anggota keluarga antara 4 – 5 orang
Ø  Kelompok III, responden dengan jumlah anggota keluarga antara  6 - 7 orang
Ø  Kelompok IV, responden dengan jumlah anggota keluarga 8 orang atau lebih

4.2.       Pola Konsumsi Pangan dan Non Pangan Responden
Data yang dikumpulkan  dari sampel responden, setelah dilakukan tabulasi ke dalam tabel distribusi frekuensi sederhana, diperoleh gambaran tentang pola konsumsi pangan dan non pangan berdasarkan kelompok-kelompok pendapatan keluarga, sebagai berikut :
Tabel  3 : Rata-rata konsumsi pangan dan non pangan pada setiap kelompok pendapatan
No
Klp Pendapatan
(Rp.000)
Kons.Pangan
( Rp. 000)
Kons Non Pgn
( Rp. 000)
 % Pangan
% Non Pgn
1
   Kurang dari  500
        360
    75
   82,76
   17,24
2
  500,001 –    1.000
        536
   210
  71,85
   28,15
3
1.000,001 –   2.500
        828
   435
  65,56
   34,44
4
2.500,001 -    5.000
    1.730
2.029
  46,02
   53,98
5
5.000,001 -   7.500
    3.026
4.147
  42,19
   57,81
6
7.500,001 – 10.000
    3.615
5.180
  41,10
   58,90
7
Di atas 10.000
    4.300
7.250
  37,23
   62,77
Sumber : data primer, diolah.
Data pada tabel 3, memperlihatkan rerata masing-masing kelompok pendapatan setelah dilakukan analisis secara menyeluruh terhadap 104 sampel responden, di mana dalam semua kelompok pendapatan juga tersebar  jumlah anggota keluarga secara bervariasi, sehingga khusus untuk kelompok ukuran rumah tangga, akan diperlihatkan dalam tabel berikutnya. Seperti diduga sebelumnya, ternyata bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, tanpa memperhatikan jumlah anggota keluarga pada kelompok tersebut, maka persentase konsumsi untuk pangan secara  realistis terlihat menurun, mulai dari 82, 76 % pada kelompok berpendapatan kurang dari Rp. 500.000,- sampai dengan hanya  37,23 % pada kelompok pendapatan keluarga yang relatif tertinggi, yaitu  di atas Rp. 10.000.000,-
Selanjutnya, jika dilihat dari kelompok ukuran rumah tangga, yaitu dengan menggunakan anggota keluarga sebagai indikatornya, dengan asumsi bahwa semua kelompok ukuran rumah tangga ini tersebar pada semua kelompok tingkat pendapatan secara merata, maka setelah dilakukan  pengolahan data secara statistik, diperoleh gambaran tentang pola konsumsi pangan dan non pangan pada setiap kelompok ukuran rumah tangga  seperti dalam tabel 4 berikut :
Tabel  4 : Rata-rata konsumsi pangan dan non pangan pada setiap kelompok ukuran RT
No
Klp Ukuran RT
(Jml Anggt Klrg)
Kons.Pangan
( Rp. 000)
Kons Non Pgn
( Rp. 000)
 % Pangan
% Non Pgn
1
   2  -  3
       1.210
    3.245
   27,16
 72,84  
2
   4  -  5
       1.725
    2.580
  40,07
 59,93  
3
   6  -  7
       2.724
    2.260
  54,65
 45,35  
4
   8   -  lebih
       3.265
    3.187
  50,60
 49,40  
Sumber : data primer, diolah.
Jika dilihat ukuran rumah tangganya,  semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka konsumsi untuk pangan juga relatif semakin banayak, dan ternyata juga jika dilihat proporsinya antara konsumsi pangan dan non pangan, persentasenya juga cenderung semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah anggota keluarga.  Sesuai tabel di atas, pada kelompok rumah tangga yang relatif kecil, maka proporsi untuk konsumsi pangan rata-rata 27,16 persen dan konsumsi non pangan sebesar 72,84 persen. Sedangkan pada rumah tangga dengan anggota  keluarga 8 orang atau lebih, sekitar rata-rata 50,60 persen pendapatan mereka digunakan untuk keperluan konsumsi pangan.

V.           SIMPULAN DAN SARAN
5.1.       Simpulan
Sesuai dengan hasil analisis data,  dilihat dari tingkat pendapatan keluarga, semakin tinggi pendapatan keluarga, maka kecenderungan pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan pangan semakin menurun proporsinya, dan di lain pihak proporsi pengeluaran non pangan semakin meningkat.  Demikian pula dengan ukuran rumah tangga yang ditunjukkan dengan jumlah anggota keluarga, di mana semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin tinggi pula proporsi untuk konsumsi pangan dan sebaliknya proporsi untuk konsumsi non pangan semakin rendah.

5.2.       Saran
Kepada Pemkot Mataram, disarankan untuk melakukan kajian dan penelitian yang  berkaitan dengan pemetaan kebutuhan konsumsi masyarakat khususnya kebutuhan non pangan, untuk mengantisipasi penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga pemerintah bisa mengantisipasi kebutuhan masyarakat melalui perencanaan ekonomi yang lebih cermat.




DAFTAR  PUSTAKA
Mataram Dalam Angka, 2010, Badan Pusat Statistik Kota Mataram.
Muchlis Sjirat, (2009), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin Perkotaan di Sumatera Barat, Hasil Penelitian, Pemda Propinsi  Sumatera Barat.
Mulyanto Sumardi, dkk (1986), Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, CV Rajawali Press, Jakarta.
Murni, Asfia, (2006) Ekonomika Makro, Penerbit Refika Aditama, Bandung
Nazir Moh, (1995) Metode Penelitian, Ghalia Indonesia.
Sigit, Suhardi, (2001), Pengantar Metodologi Penelitian Sosial, Bisnis, Manajemen, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Yogyakarta.
Sugiono, (2001), Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
www. Wikipedia, org .

‘*  Naskah ini dimuat pada : Media Informasi Ilmiah Universitas Mahasaraswati Mataram, GANECSWARA, Vol 5 Nomor 2,  September 2011, ISSN  : 1978 - 0125