OLEH : IDA
BGS. EKA ARTIKA
Fakultas
Ekonomi Universitas Mahasaraswati Mataram
ABSTRAK
Kajian tentang PDRB untuk melihat potensi perkembangan sektor
ekonomi di daerah Nusa Tenggara Barat dilakukan untuk melihat perkembangan
masing-masing lapangan usaha dalam memberikan kontribusi di bidang ekonomi di Nusa Tenggara Barat. Kajian ini
merupakan kajian kepustakaan, dengan mengeksplorasi data publikasi Badan Pusat
Statistik, untuk mengetahui bagaimana perkembangan eknonomi dilihat dari
peranan setiap lapangan usaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi di Wilayah
Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun daerah Nusa Tenggara Barat merupakan daerah
dengan cirri ekonomi yang agraris, namun perkembangan lapangan usaha di luar sektor
pertanian menunjukkan perkembangan yang relatif tinggi, di mana berdasarkan
harga berlaku, maka sektor jasa mengalami perkembangan yang cukup tinggi
yaitu rata-rata sebesar 10,45 % per
tahun. Sedangkan berdasarkan harga konstan, pertumbuhannya mencapai 4,82 %.
Dilihat dari kecepatan perkembangan lapangan usaha, maka dilihat
dari harga berlaku, perkembangan sektor jasa menempati urutan tertinggi yaitu
19,25 %, dan sektor pertambangan dan galian merupakan sektor dengan pertumbuhan
terendah yaitu 9,88 %.. Berdasarkan harga konstan, maka sektor listrik, gas dan
air bersih memperlihatkan perkembangan yang relatif tinggi yaitu 11,77 %
dan perkembagan terendah adalah sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 0,85 % per tahun.
Dari penelitian ini disarankan agar pemerintah lebih meningkatkan
peran sertanya dalam memajukan sektor pertanian sebagai cirri ekonomi Nusa
Tenggara Barat selama ini, di mana hal ini bertujuan untuk menyerap sebanyak
mungkin tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya pada mata pencaharian sebagai
petani.-
Kata Kunci
: PDRB, Lapangan Usaha, Ekonomi Agraris.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indikator perkembangan ekonomi suatu
Negara dapat dilihat dari data Produk Domestik
Bruto (PDB) negara bersangkutan dari waktu ke waktu. Nilai PDB suatu negara
menggambarkan seluruh nilai tambah yang diciptakan tiap sektor usaha yang ada
dalam perekonomian negara tersebut. (Murni, 2006, 43). Di Indonesia terdapat 9
sektor usaha yang digunakan sebagai komponen Produk Domestik Bruto. PDB merupakan penggabungan nilai-nilai PDRB
seluruh daerah Propinsi di Indonesia, yang membentuk satu kesatuan ekonomi
secara nasional.
Setiap wilayah di Indonesia ,
baik daerah tingkat I (Propinsi) maupun daerah tingkat II (Kabupaten/Kota)
melakukan pengukuran sektor-sektor ekonomi melalui penghitungan nilai PDRB,
untuk memperoleh gambaran tentang struktur perekonomian maupun perkembangan ekonomi wilayahnya. Di samping
itu juga, dengan melihat perkembangan PDRB dari waktu ke waktu, maka
perkembangan ekonomi baik dilihat dari sektor-sektor lapangan usaha maupun
secara umum dapat ditentukan, guna kepentingan perencanaan pembangunan ekonomi di masa mendatang.
PDRB daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat, sebagai salah satu
komponen wilayah perekonomian nasional membagi sektor/lapangan usaha menjadi 9
jenis, yang terdiri dari sektor-sektor :
pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan
air minum; konstruksi; perdagangan,
hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, real estate dan jasa
perusahaan; serta jasa-jasa yang terdiri dari jasa pemerintahan umum dan
swasta. Ke sembilan sektor atau lapangan usaha tersebut sebenarnya sama dengan
11 sektor lapangan usaha secara nasional, namun cara menggabungkan sektor-sektornya
terdapat perbedaan.
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, sektor usaha yang
mendominasi kegiatan ekonomi masyarakat Nusa Tenggara Barat pada mulanya adalah
sektor pertanian. Perkembangan ekonomi di berbagai sektor serta eksplorasi
sumber-sumber ekonomi, khususnya eksplorasi sumber daya alam selain pertanian,
menyebabkan sektor-sektor lain di luar pertanian cenderung untuk menggeser
dominasi sektor pertanian, sehingga dalam 5 tahun terakhir, sektor-sektor di
luar sektor pertanian mulai menampakkan perkembangan yang lebih pesat
dibandingkan sektor pertanian, sehingga ada kecenderungan terjadinya pergeseran
struktur ekonomi wilayah Nusa Tenggara Barat, dari sektor pertanian ke sektor-sektor lain di
luar pertanian.
Sebagai gambaran, tabel 1 memperlihatkan data sementara PDRB
Propinsi NTB tahun 2009 berdasarkan sektor-sektor lapangan usaha, baik menurut
harga berlaku maupun harga konstan.
Tabel 1 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Propinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan, Tahun
2009* (Rp.juta).
No
|
Lapangan Usaha
|
Harga Berlaku
|
Harga Konstan
|
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas
dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel, Restoran
Pengangkutan
dan Komunikasi
Keuangan, Real
Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
|
8.912.249
12.994.984
1.530.807
188.880
2.939.982
5.718.874
3.111.810
1.926.534
4.462.222
|
4.460.273
4.293.153
934.546
70.079
1.457.950
2.783.672
1.392.648
976.967
1.941.141
|
|
T o t a l
|
41.786.341
|
18.310.427
|
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, 2009, BPS
Propinsi NTB.
* Angka
sementara.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa menurut harga berlaku, maka total
PDRB NTB pada tahun 2009 diperkirakan senilai Rp. 41.786.341 juta dan dilihat
dari harga konstan, total PDRB NTB adalah senilai Rp. 18.310.427 juta. Pebedaan
antara PDRB menurut harga berlaku dengan harga konstan adalah karena metode perhitungan kedua PDRB tersebut
berbeda, di mana nilai PDRB menurut harga berlaku adalah nilai PDRB yang
dihitung pada setiap tahun berasarkan harga produk-produk tersebut pada tahun
penghitungan dilakukan. Sedangkan menurut harga konstan, nilai PDRB diukur
berdasarkan suatu indeks harga, dengan menggunakan suatu tahun sebagai tahun
dasar. Pada data di atas, tahun dasar perhitungan untuk PDRB menurut harga
konstan adalah tahun 2002 sebagai tahun dasar, artinya semua nilai tambah yang
dihasilkan setiap lapangan usaha dihitung berdasarkan harga tahun 2002.
Untuk kepentingan analisa perkembangan ekonomi, akan digunakan data
PDRB berdasarkan harga konstan, sehingga perkembangan yang diperoleh adalah
perkembangan yang riil, tanpa adanya pengaruh inflasi.
Dari data di atas, ternya menurut harga berlaku, sektor pertambangan
dan penggalian merupakan sektor yang dominan dalam menyumbang kegiatan
pertanian di Nusa Tenggara Barat, namun jika dilihat dari harga konstan, maka sektor
pertanian masih lebih tinggi peranannya dibandingkan dengan sektor pertambangan
dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian berpeluang menggeser sektor
pertanian, karena terdapatnya perusahaan
pertambangan internasional yang melakukan eksplorasi tambang emas dan
mineral lainnya di daerah Kabupaten Sumbawa Barat, yaitu PT Newmont Nusa
Tenggara.
Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, maka perlu
dilakukan suatu studi dan kajian yang
berkaitan dengan perkembangan ekonomi, dengan melihat laju perkembangan
masing-masing lapangan usaha secara
historis, untuk mengetahui arah perkembangan ekonomi NTB ke depan, serta
bagaimana kemungkinan struktur perekonomian NTB di masa yang akan datang.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana perkembangan ekonomi
Nusa Tenggara Barat dilihat dari perkembangan masing-masing lapangan usaha,
selama 5 tahun terakhir ?
2.
Lapangan usaha manakah yang
memperlihatkan perkembangan yang paling pesat dalam mendukung perkembangan
ekonomi di Nusa Tenggara Barat ?
Tujuan dan
Manfaat
Tujuan dan
manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya
studi dan kajian ini antara lain
adalah :
a.
Tujuan
-
Untuk mengetahui perkembangan
sektor-sektor usaha dalam kegiatan
perekonomian di Nusa Tenggara Barat
-
Untuk mengetahui lapangan usaha
yang paling pesat perkembangannya dilihat dari struktur PDRB di Nusa Tenggara Barat selama lima tahun terakhir.
b.
Manfaat
-
Hasil kajian diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan bagi pemerintah
daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam
pengambilan keputusan, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi
makro.
TINJAUAN PUSTAKA
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator atau ukuran kegiatan konomi masyarakat di suatu wilayah
(Propinsi atau Kabupaten/Kota, bahkan juga kecamatan), yang merupakan nilai
tambah dari setiap kegiatan ekonomi masyarakat yang diukur melalui teknik
tertentu. Penjumlahan PDRB dari seluruh wilayah di Indonesia akan membentuk Produk
Domestik Bruto (PDB) yang mencerminkan hasil produksi dari sektor produksi
secara nasional dalam suatu periode tertentu (biasanya satu tahun) (Kuncoro,
2001) .
Perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari laju
pertumbuhan ekonomi pada masing-masing sektor atau lapangan usaha yang ada
dalam perekonomian tersebut. Sektor-sektor yang dimaksud terbagi ke dalam
sembilan sektor dimana msing-masing sektor memiliki laju pertumbuhan yang
berbeda-beda tergantung dari dinamika setiap sektor dalam menghasilkan nilai
tambah an secara keseluruhan akan memberikan andil terhadap pertumbuhan PDRB
pada periode waktu tertentu (Syahrir, 2001).
Menurut Murni (2006), secara umum perhitungan PDRB sangat bermanfaat
untuk mengukur perkembangan kegiatan perekonomian yang terjadi di suatu daerah,
di samping untuk mengukur struktur atau susunan perekonomian, membandingkan
kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu dan merumuskan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah.
METODE
PENELITIAN
Kajian yang digunakan adalah studi deskriptif, yaitu
kajian yang tertuju pada
penggambaran suatu masalah yang ada pada waktu sekarang berdasar pada cara
pengumpulan data, menyusunnya, menjelaskannya, menganalisis dan menarik kesimpulan (Surakhmad, 2002,
139). Secara praktis kajian ini
dilakukan melalui pengumpulan dan eksplorasi data sekunder yang berkaitan
dengan PDRB Propinsi Nusa Tenggara Barat, kemudin melakukan pengolahan data sesuai
dengan tujuan pemecahan masalah yang
akan dilakukan.
Lokasi penelitian adalah
wilayah Propinsi Nusa Tenggara
Barat, secara khusus pada kegiatan perekonomian yang terangkum dalam data nilai
PDRB wilayah Nusa Tenggara Barat.
Teknik pengumpulan data
adalah studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang relevan
melalui kepustakaan atau
publikasi terkait, khususnya data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara
Barat.
Metode analisis dilakukan dengan cara deskripsi tabel silang
yaitu dengan memberikan interpretasi terhadap data yang disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi sesuai dengan pemecahan masalah yang akan dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PDRB Menurut Harga Berlaku selama 5 tahun terakhir di
NTB
Perkembangan nilai PDRB berdasarkan harga berlaku terhadap 9
lapangan usaha di Propinsi NTB selama 5 tahun terakhir (2005 – 2009), dapat
dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2 :
Perkembangan PDRB menurut harga berlaku di Propinsi Nusa Tenggara Barat
Periode 2005 – 2009. (dalam Rp. Juta)
No
|
Lapangan Usaha
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009*
|
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
|
5.815.159
9.288.139
868.578
99.111
1.470.896
2.923.359
1.994.617
998.347
2.224.468
|
6.505.202
10.104.778
948.804
109.720
1.649.787
3.384.598
2.236.903
1.141.130
2.512.690
|
7.181.228
12.669.016
1.083.503
126.914
1.917.450
3.951.540
2.456.414
1.315.743
2.816.783
|
8.188.653
10.875.211
1.279.191
153.889
2.299.099
4.678.202
2.786.513
1.597.562
3.403.357
|
8.912.249
12.994.984
1.530.807
188.880
2.939.982
5.718.874
3.111.810
1.926.534
4.462.222
|
|
T o t a l
|
25.682.675
|
28.593.611
|
33.518.591
|
35.261.677
|
41.786.341
|
Sumber : Nusa
Tenggara Barat Dalam Angka, 2009,
BPS Propinsi NTB.
* Angka sementara.
Berdasarkan data di atas, perkembangan PDRB Nusa Tenggara Barat menurut
harga berlaku selama lima tahun (2005
s.d. 2009), mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana dari
tahun 2005 ke tahun 2006 nilai PDRB meningkat dari Rp. 25.682.675 juta menjadi
Rp. 28.593.611 juta pada tahun 2006, atau naik sekitar 11,33 %; dari tahun 2006
ke tahun 2007 meningkat sekitar 17,22 %; selanjutnya dari tahun 2007 ke tahun
2008 meningkat sekitar 5,2 % dan dari tahun 2008 ke tahun 2009 meningkat
sebesar 18,50 %. Jika dirata-ratakan perkembangan nilai PDRB, yang juga
merupakan perkembangan ekonomi di Nusa Tenggara Barat, atas dasar harga berlaku
selama 5 tahun terakhir adalah 10,45 %. Pertumbuhan yang relatif tinggi ini disebabkan karena
pertimbangan faktor harga masih mempengaruhi nilai-nilai PDRB di atas.
Jika dilihat menurut lapangan usahanya, maka peranan sektor pertambangan dan penggalian
ternyata mendominasi nilai PDRB Nusa Tenggara Barat berdasarkan harga berlaku,
kemudian disusul dengan sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran
serta sektor jasa. Hal ini disebabkan karena adanya eksplorasi tambang yang
dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara
yang melakukan kegiatan penambangan emas dan mineral lainnya di wilayah
Kabupaten Sumbawa Barat. Hal tersebut memberikan kontribusi yang positip
terhadap kegiatan perekonomian di daerah Nusa Tenggara Barat.
PDRB Menurut Harga Konstan
selama 5 tahun terakhir di NTB
Perkembangan ekonomi yang lebih riil dapat dilihat pada perkembangan
PDRB berdasarkan harga konstan, karena
teknis pengukuran PDRB berdasarkan harga konstan adalah dengan
mengabaikan tingkat harga pada tahun yang bersangkutan, tetapi mengacu pada tingkat
harga pada tahun dasar, yang di Nusa Tenggara Barat menggunakan harga tahun
dasar pada tahun 2002.
Adapun perkembangan nilai PDRB berdasarkan harga konstan terhadap 9
lapangan usaha di Propinsi NTB selama 5 tahun terakhir (2005 – 2009), dapat
dilihat pada data tabel 3 berikut :
Tabel 3 : Perkembangan
PDRB menurut harga konstan di Propinsi Nusa Tenggara Barat
Periode 2005 – 2009 (dalam Rp.
Juta)
No
|
Lapangan Usaha
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009*
|
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
|
3.878.236
4.200.989
680.808
45.042
1.002.557
2.050.082
1.108.011
690.872
1.572.192
|
3.989.942
4.079.897
700.029
48.566
1.067.254
2.209.496
1.190.984
745.436
1.570.534
|
4.105.587
4.192.472
769.735
51.952
1.148.264
2.386.011
1.276.177
812.571
1.622.706
|
4.352.346
3.814.922
836.930
60.799
1.248.862
2.504.698
1.319.561
892.563
1.769.148
|
4.460.273
4.293.153
934.546
70.079
1.457.950
2.783.672
1.392.648
976.967
1.941.141
|
|
T o t a l
|
15.183.789
|
15.602.137
|
16.365.476
|
16.799.829
|
18.310.427
|
Sumber : Nusa
Tenggara Barat Dalam Angka, 2009,
BPS Propinsi NTB.
* Angka sementara.
Data tabel 3 menunjukkan hal yang agak berbeda dengan tabel 2,
karena dominasi lapangan usaha masih berada pada sektor pertanian, sedangkan sektor
pertambangan dan penggalian menduduki posisi kedua. Faktor penyebab perbedaan
peranan sektor-sektor ekonomi pada PDRB berdasarkan atas harga berlaku dan
harga konstan disebabkan karena ada atau
tidaknya pengaruh inflasi pada
pengukuran PDRB tersebut.
Berdasarkan harga konstan,
perkembangan ekonomi yang melibatkan seluruh sektor usaha di Nusa Tenggara
Barat, dari tahun 2005 ke tahun 2006 tumbuh dari Rp. 15.183.789 juta menjadi
Rp. 15.602.137 juta atau sekitar 2,75 %. Dari tahun 2006 ke tahun 2007
meningkat dari Rp. 15.602.137 juta
menjadi Rp. 16.365.476 juta atau sekitar
4,89 %. Sedangkan dari tahun 2007 ke tahun 2008 meningkat dari Rp.
16.365.476 juta menjadi Rp. 16.799.829 juta atau sekitar 2,65 %. Perkembangan
dari tahun 2008 ke tahun 2009, dari Rp. 16.799.829 juta menjadi Rp. 18.310.427
juta (angka sementara), diperkirakan tumbuh sebesar 8,99 %. Perkembangan ekonomi menurut harga
konstan dari tahun 2005 sampai tahun 2009 rata-ratanya adalah 4,82 %.
Perkembangan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha
Pengukuran laju perkembangan dari masing-masing lapangan usaha perlu
dilakukan untuk melihat potensi dari setiap lapangan usaha dalam memberikan
kontribusi pada kegiatan ekonomi masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Secara rinci, persentase perkembangan masing-masing lapangan usaha, diuraikan
sebagai berikut :
a. Perkembangan Lapangan
Usaha Menurut Harga Berlaku
Persentase perkembangan masing-masing lapangan usaha selama 5 tahun
terakhir, seperti diperlihatkan pada tabel
4 berikut :
Tabel 4 :
Persentase Perkembangan PDRB menurut harga berlaku di Propinsi Nusa
Tenggara Barat , Periode 2005 –
2009. (dalam persentase)
No
|
Lapangan Usaha
|
2005-2006
|
2006-2007
|
2007-2008
|
2008-2009
|
Rata-rata
|
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
|
11,87
8,79
9,24
10,70
12,16
15,78
12,15
14,30
12,96
|
10,39
25,38
14,20
15,67
16,22
16,75
9,81
15,30
12,10
|
14,03
(- 14,16)
18,06
21,25
19,90
18,39
13,44
21,42
20,82
|
8,84
19,49
19,67
22,74
27,88
22,25
11,67
20,59
31,11
|
11,28
9,88
15,29
17,59
19,04
18,29
11,77
17,90
19,25
|
Sumber : Nusa
Tenggara Barat Dalam Angka, 2009,
BPS Propinsi NTB.
* Angka sementara.
Dari data pada tabel 4, terlihat bahwa perkembangan lapangan usaha
jasa mengalami pertumbuhan yang relatif paling pesat, yaitu rata-rata sebesar
19,25 % per tahun, disusul oleh pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 19,04 %, kemudian sektor perdagangan,
hotel dan restoran tumbuh sebesar 18,29 %, disusul sektor keuangan, real estate
dan jasa perusahaan sebesar 17,90 %. Sektor listrik, gas dan air bersih
menempati urutan kelima yaitu tumbuh sebesar 17,59 %. Sektor industri pengolahan
berada pada urutan keenam tumbuh sebesar 15,29 %, disusul oleh sektor
pengangkutan dan komunikasi di urutan ketujuh sebesar 11,77 %, dan sektor
pertanian berada pada urutan ke delapan yaitu tumbuh sebesar 11,28 %. Sedangkan
pertumbuhan yang paling rendah terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan pengalian, yaitu hanya
tumbuh sebesar 9,88 %. Dari gambaran data di atas, terlihat bahwa sektor di
luar pertanian (sektor sekunder) memperlihatkan laju pertumbuhan yang relatif
lebih cepat dibandingkan dengan sektor pertanian yang laju pertumbuhannya berada pada urutan ke
delapan dari 9 sektor usaha ekonomi masyarakat.
b. Perkembangan Lapangan
Usaha Menurut Harga Konstan
Perkembangan masing-masing lapangan usaha, jika dilihat berdasarkan
harga konstan, mencerminkan perkembangan ekonomi yang lebih konkrit/riil,
karena dalam pengukurn PDRB berdasarkan harga konstan, patokannya pada harga tahun dasar tertentu, yaitu harga yang terjadi pada tahun 2002.
Perkembangan masing-masing sektor ekonomi di Propinsi Nusa Tenggara Barat,
berdasarkan apangan usaha, dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5 :
Persentase Perkembangan PDRB menurut harga konstan di Propinsi Nusa
Tenggara Barat, Periode 2005 –
2009 (dalam persentase)
No
|
Lapangan Usaha
|
2005-2006
|
2006-2007
|
2007-2008
|
2008-2009
|
Rata-rata
|
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
|
2,88
(-2,88)
2,82
7,82
6,45
7,78
7,49
7,90
( -0,11)
|
2,90
2,76
9,96
6,97
7,59
7,99
7,15
9,01
3,32
|
6,01
(-9,01)
8,73
17,03
8,76
4,97
3,40
9,84
9,02
|
2,48
12,54
11,66
15,26
16,74
11,14
5,54
9,46
9,72
|
3,57
0,85
8,29
11,77
9,89
7,97
5,90
9,05
5,49
|
Sumber : Nusa
Tenggara Barat Dalam Angka, 2009,
BPS Propinsi NTB.
* Angka sementara.
Dilihat berdasarkan harga konstan, maka laju perkembangan sektor
listrik, gas dan air bersih memperlihatkan perkembangan paling tinggi, sebesar
11,77 %, disusul oleh sektor konstruksi sebesar 9,89 %, kemudian sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan
tumbuh sebesar 9,05 %, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 8,29 %, sektor
perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 7,97 %, kemudian sektor
pegangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 5,90% disusul oleh sektor jasa-jasa
yang tumbuh rata-rata 5,49 %. Sektor pertanian tetap berada pada urutan ke
delapan dengan pertumbuhan 3,57 % dan yang terakhir pertumbuhan sektor
pertambangan dan penggalian tumbuh hanya sebesar 0,85 %. Dari perkembangan
masing-masing sektor, terlihat bahwa sektor pertanian dan sektor pertambangan
dan penggalian yang secara relatif memberikan kontribusi dalam struktur
perekonomian Nusa Tenggara Barat, namun perkembangan kedua sektor tersebut relatif tertinggal dibandingkan dengan
sektor-sektor lain, sehingga ke depan
perekonomian Nusa Tenggara Barat secara struktur akan bergeser ke arah
perekonomian yang menghasilkan jasa. Ciri perekonomian agraris secara
perlahan-lahan akan bergeser ke arah
perekonomian industri, seperti industri jasa pariwisata, jasa keuangan
dan lain sebagainya.
KESIMPULAN DAN
SARAN
a.
Kesimpulan
1.
Dilihat dari harga berlaku,
rata-rata perkembangan per tahun ekonomi
Nusa Tenggara Barat adalah 10,45 %, merupakan perkembangan yang relatif tinggi
jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran 5
% per tahun.
2.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan harga
konstan, pertumbuhan rata-rata tahunan ekonomi Nusa Tenggra Barat dalam 5 tahun terakhir
(2005 – 2009) adalah sebesar 4,82 %. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar 5 % per tahun dalam 5 tahun
terakhir.
3.
Laju perkembangan per lapangan
usaha berdasarkan harga berlaku, maka sektor jasa menempati urutan tertinggi
dalam pertumbuhan lapangan usaha selama 5 tahun terakhir, yaitu dengan rata-rata
19,5 %, dan sektor pertanian serta pertambangan berada pada laju pertumbuhan
yang relatif paling rendah.
4.
Sedangkan dilihat dari arga
konstan, maka pertumbuhan lapagan usaha
di sektor listrik, gas dan air bersih memperlihatkan pertumbuhan yang paling
tinggi, sebesar 11,77 %. Sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh sektor
pertambangan dan penggalian, yang tumbuh sebesar 0,85 % per tahun selama tahun
2005 – 2009.
b.
Saran
1.
Sebagai daerah dengan jumlah
penduduk terbanyak menggantungkan mata pencaharian di sektor pertanian,
pemerintah diharapkan terus menggiatkan pengembangan sektor usaha pertanian,
agar sektor petanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi dalam kegiatan
ekonomi di Nusa Tenggara Barat.
2.
Program-program pembangunan
yang menonjolkan keunggulan daerah Nusa Tenggara Barat agar digarap semakin
serius, untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
…………….., 2009, Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, Badan Pusat
Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat
2.
…………….., 2010, Statistik
Ekonomi dan Keuangan Daerah Nusa Tenggara Barat, Bulan April 2010, Bank
Indonesia Mataram dan Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat.
3.
……………..., 2009, Survey
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat, Bank Indonesia Mataram dan Badan Pusat
Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat.
4.
Kuncoro, Mudrajat, 2001, Ekonomi Pembangunan, (Teori, Masalah dan
Kebijakan) Penerbit UPPAMYKPN, Yogyakarta .
5.
Murni, Asfia, 2006, Ekonomika Makro, Penerbit PT Rafika
Aditama, Bandung .
6.
Syahrir, dkk, 2001, Pemulihan Ekonomi dan Otonomi Daerah ,
Penerbit Lembaga Studi Pembangunan Indonesia ,
Jakarta .
7.
Sukirno, Sadono, (2000), Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ,
Jakarta .
8.
Surakhmad, Winarno, 2002, Metode Penelitian, Penerbit Tarsito, Bandung .
‘* Naskah
ini dimuat pada : Media Informasi Ilmiah Universitas Mahasaraswati Mataram,
GANECSWARA, Vol 4 Nomor 2, September 2010, ISSN
: 1978 - 0125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar