Sabtu, 24 Maret 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI DILIHAT DARI LAPANGAN USAHA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT, ( KAJIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO NUSA TENGGARA BARAT, TAHUN 2005 – 2009). *



OLEH  : IDA BGS. EKA ARTIKA
Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Mataram

ABSTRAK
Kajian tentang PDRB untuk melihat potensi perkembangan sektor ekonomi di daerah Nusa Tenggara Barat dilakukan untuk melihat perkembangan masing-masing lapangan usaha dalam memberikan kontribusi di bidang  ekonomi di Nusa Tenggara Barat. Kajian ini merupakan kajian kepustakaan, dengan mengeksplorasi data publikasi Badan Pusat Statistik, untuk mengetahui bagaimana perkembangan eknonomi dilihat dari peranan setiap lapangan usaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun  daerah Nusa Tenggara Barat merupakan daerah dengan cirri ekonomi yang agraris, namun perkembangan lapangan usaha di luar sektor pertanian menunjukkan perkembangan yang relatif tinggi, di mana berdasarkan harga berlaku, maka sektor jasa mengalami perkembangan yang cukup tinggi yaitu  rata-rata sebesar 10,45 % per tahun. Sedangkan berdasarkan harga konstan, pertumbuhannya mencapai 4,82 %.
Dilihat dari kecepatan perkembangan lapangan usaha, maka dilihat dari  harga berlaku, perkembangan  sektor jasa menempati urutan tertinggi yaitu 19,25 %, dan sektor pertambangan dan galian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu 9,88 %.. Berdasarkan harga konstan, maka sektor listrik, gas dan air bersih memperlihatkan perkembangan yang relatif tinggi yaitu 11,77 % dan  perkembagan terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,85 % per tahun.
Dari penelitian ini disarankan agar pemerintah lebih meningkatkan peran sertanya dalam memajukan sektor pertanian sebagai cirri ekonomi Nusa Tenggara Barat selama ini, di mana hal ini bertujuan untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya pada mata pencaharian sebagai petani.-













Kata Kunci :  PDRB, Lapangan Usaha, Ekonomi Agraris.



PENDAHULUAN
Latar  Belakang
            Indikator perkembangan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari data Produk Domestik   Bruto (PDB) negara bersangkutan dari waktu ke waktu. Nilai PDB suatu negara menggambarkan seluruh nilai tambah yang diciptakan tiap sektor usaha yang ada dalam perekonomian negara tersebut. (Murni, 2006, 43). Di Indonesia terdapat 9 sektor usaha yang digunakan sebagai komponen Produk Domestik Bruto.  PDB merupakan penggabungan nilai-nilai PDRB seluruh daerah Propinsi di Indonesia, yang membentuk satu kesatuan ekonomi secara nasional.
Setiap wilayah di Indonesia, baik daerah tingkat I (Propinsi) maupun daerah tingkat II (Kabupaten/Kota) melakukan pengukuran sektor-sektor ekonomi melalui penghitungan nilai PDRB, untuk memperoleh gambaran tentang struktur perekonomian maupun  perkembangan ekonomi wilayahnya. Di samping itu juga, dengan melihat perkembangan PDRB dari waktu ke waktu, maka perkembangan ekonomi baik dilihat dari sektor-sektor lapangan usaha maupun secara umum dapat ditentukan, guna kepentingan perencanaan pembangunan  ekonomi di masa mendatang.
PDRB daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat, sebagai salah satu komponen wilayah perekonomian nasional membagi sektor/lapangan usaha menjadi 9 jenis, yang terdiri dari  sektor-sektor : pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air minum;  konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa yang terdiri dari jasa pemerintahan umum dan swasta. Ke sembilan sektor atau lapangan usaha tersebut sebenarnya sama dengan 11 sektor lapangan usaha secara nasional, namun cara menggabungkan sektor-sektornya terdapat perbedaan.
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, sektor usaha yang mendominasi kegiatan ekonomi masyarakat Nusa Tenggara Barat pada mulanya adalah sektor pertanian. Perkembangan ekonomi di berbagai sektor serta eksplorasi sumber-sumber ekonomi, khususnya eksplorasi sumber daya alam selain pertanian, menyebabkan sektor-sektor lain di luar pertanian cenderung untuk menggeser dominasi sektor pertanian, sehingga dalam 5 tahun terakhir, sektor-sektor di luar sektor pertanian mulai menampakkan perkembangan yang lebih pesat dibandingkan sektor pertanian, sehingga ada kecenderungan terjadinya pergeseran struktur ekonomi wilayah Nusa Tenggara Barat, dari   sektor pertanian ke sektor-sektor lain di luar pertanian.
Sebagai gambaran, tabel 1 memperlihatkan data sementara PDRB Propinsi NTB tahun 2009 berdasarkan sektor-sektor lapangan usaha, baik menurut harga berlaku maupun harga konstan.







Tabel 1 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan, Tahun 2009* (Rp.juta).

No
Lapangan Usaha
 Harga  Berlaku
Harga Konstan
 1.
 2
 3
 4
 5
 6
 7
 8
 9
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
    8.912.249
  12.994.984
    1.530.807
       188.880
    2.939.982
    5.718.874
    3.111.810
    1.926.534
    4.462.222
   4.460.273
   4.293.153
      934.546
        70.079
   1.457.950
   2.783.672
   1.392.648
      976.967
   1.941.141

T o t a l
  41.786.341
 18.310.427
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka,  2009, BPS  Propinsi NTB.
               * Angka sementara.

Dari tabel di atas, terlihat bahwa menurut harga berlaku, maka total PDRB NTB pada tahun 2009 diperkirakan senilai Rp. 41.786.341 juta dan dilihat dari harga konstan, total PDRB NTB adalah senilai Rp. 18.310.427 juta. Pebedaan antara PDRB menurut harga berlaku dengan harga konstan adalah karena  metode perhitungan kedua PDRB tersebut berbeda, di mana nilai PDRB menurut harga berlaku adalah nilai PDRB yang dihitung pada setiap tahun berasarkan harga produk-produk tersebut pada tahun penghitungan dilakukan. Sedangkan menurut harga konstan, nilai PDRB diukur berdasarkan suatu indeks harga, dengan menggunakan suatu tahun sebagai tahun dasar. Pada data di atas, tahun dasar perhitungan untuk PDRB menurut harga konstan adalah tahun 2002 sebagai tahun dasar, artinya semua nilai tambah yang dihasilkan setiap lapangan usaha dihitung berdasarkan harga tahun 2002.
Untuk kepentingan analisa perkembangan ekonomi, akan digunakan data PDRB berdasarkan harga konstan, sehingga perkembangan yang diperoleh adalah perkembangan yang riil, tanpa adanya pengaruh inflasi.
Dari data di atas, ternya menurut harga berlaku, sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang dominan dalam menyumbang kegiatan pertanian di Nusa Tenggara Barat, namun jika dilihat dari harga konstan, maka sektor pertanian masih lebih tinggi peranannya dibandingkan dengan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian berpeluang menggeser sektor pertanian, karena terdapatnya perusahaan  pertambangan internasional yang melakukan eksplorasi tambang emas dan mineral lainnya di daerah Kabupaten Sumbawa Barat, yaitu PT Newmont Nusa Tenggara.
Sehubungan  dengan hal tersebut di  atas, maka perlu dilakukan  suatu studi dan kajian yang berkaitan dengan perkembangan ekonomi, dengan melihat laju perkembangan masing-masing  lapangan usaha secara historis, untuk mengetahui arah perkembangan ekonomi NTB ke depan, serta bagaimana kemungkinan struktur perekonomian NTB di masa yang akan datang.

Perumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang di di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana perkembangan ekonomi Nusa Tenggara Barat dilihat dari perkembangan masing-masing lapangan usaha, selama 5 tahun terakhir ?
2.      Lapangan usaha manakah yang memperlihatkan perkembangan yang paling pesat dalam mendukung perkembangan ekonomi di Nusa Tenggara Barat ?

Tujuan  dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya  studi dan kajian  ini antara lain adalah :
a.       Tujuan 
-    Untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor usaha dalam  kegiatan perekonomian di Nusa Tenggara Barat
-    Untuk mengetahui lapangan usaha yang paling pesat perkembangannya dilihat dari struktur PDRB   di Nusa Tenggara Barat selama lima tahun terakhir.
b.      Manfaat
-    Hasil kajian diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi  pemerintah daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam  pengambilan keputusan, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi makro.

TINJAUAN PUSTAKA
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan  indikator atau ukuran  kegiatan konomi masyarakat di suatu wilayah (Propinsi atau Kabupaten/Kota, bahkan juga kecamatan), yang merupakan nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi masyarakat yang diukur melalui teknik tertentu. Penjumlahan PDRB dari seluruh wilayah di Indonesia akan membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencerminkan hasil produksi dari sektor produksi secara nasional dalam suatu periode tertentu (biasanya satu tahun) (Kuncoro, 2001) .
Perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi pada masing-masing sektor atau lapangan usaha yang ada dalam perekonomian tersebut. Sektor-sektor yang dimaksud terbagi ke dalam sembilan sektor dimana msing-masing sektor memiliki laju pertumbuhan yang berbeda-beda tergantung dari dinamika setiap sektor dalam menghasilkan nilai tambah an secara keseluruhan akan memberikan andil terhadap pertumbuhan PDRB pada periode waktu tertentu (Syahrir, 2001).
Menurut Murni (2006), secara umum perhitungan PDRB sangat bermanfaat untuk mengukur perkembangan kegiatan perekonomian yang terjadi di suatu daerah, di samping untuk mengukur struktur atau susunan perekonomian, membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu dan merumuskan  kebijakan-kebijakan pemerintah daerah. 

METODE  PENELITIAN
Kajian yang digunakan adalah studi deskriptif,  yaitu  kajian  yang tertuju pada penggambaran suatu masalah yang ada pada waktu sekarang berdasar pada cara pengumpulan data, menyusunnya, menjelaskannya, menganalisis  dan menarik kesimpulan (Surakhmad, 2002, 139).  Secara praktis kajian ini dilakukan melalui pengumpulan dan eksplorasi data sekunder yang berkaitan dengan PDRB Propinsi Nusa Tenggara Barat, kemudin melakukan pengolahan data sesuai dengan tujuan pemecahan masalah  yang akan dilakukan.
Lokasi penelitian adalah  wilayah  Propinsi Nusa Tenggara Barat, secara khusus pada kegiatan perekonomian yang terangkum dalam data nilai PDRB  wilayah Nusa Tenggara Barat.
        Teknik pengumpulan  data  adalah studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang  relevan  melalui  kepustakaan atau publikasi terkait, khususnya data yang bersumber dari  Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat.
            Metode analisis  dilakukan dengan cara deskripsi tabel silang yaitu dengan memberikan interpretasi terhadap data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sesuai dengan pemecahan masalah yang akan dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PDRB Menurut Harga Berlaku selama 5 tahun terakhir di NTB
Perkembangan nilai PDRB berdasarkan harga berlaku terhadap 9 lapangan usaha di Propinsi NTB selama 5 tahun terakhir (2005 – 2009), dapat dilihat pada tabel 2 :

Tabel 2 : Perkembangan PDRB menurut harga berlaku di Propinsi Nusa Tenggara Barat
                Periode 2005 – 2009. (dalam Rp. Juta)

No
Lapangan Usaha
   2005
   2006
  2007
     2008
    2009*
 1.
 2

 3
 4

 5
 6

 7

 8


9
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
 5.815.159

 9.288.139
    868.578

      99.111
 1.470.896

 2.923.359

 1.994.617


    998.347
 2.224.468
 6.505.202

 10.104.778
    948.804

    109.720
 1.649.787

 3.384.598

 2.236.903


 1.141.130
 2.512.690
 7.181.228

 12.669.016
 1.083.503

    126.914
 1.917.450

 3.951.540

 2.456.414


 1.315.743
 2.816.783
  8.188.653

10.875.211
  1.279.191

     153.889
  2.299.099

  4.678.202

  2.786.513


  1.597.562
  3.403.357
 8.912.249
 
12.994.984
  1.530.807
      
     188.880
  2.939.982
   
  5.718.874
   
  3.111.810
   

  1.926.534
  4.462.222

T o t a l
25.682.675
 28.593.611
 33.518.591
35.261.677
41.786.341
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka,  2009, BPS  Propinsi NTB.
        * Angka sementara.

Berdasarkan data di atas, perkembangan PDRB Nusa Tenggara Barat menurut harga berlaku selama lima tahun (2005  s.d. 2009), mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana dari tahun 2005 ke tahun 2006 nilai PDRB meningkat dari Rp. 25.682.675 juta menjadi Rp. 28.593.611 juta pada tahun 2006, atau naik sekitar 11,33 %; dari tahun 2006 ke tahun 2007 meningkat sekitar 17,22 %; selanjutnya dari tahun 2007 ke tahun 2008 meningkat  sekitar 5,2 %  dan dari tahun 2008 ke tahun 2009 meningkat sebesar 18,50 %. Jika dirata-ratakan perkembangan nilai PDRB, yang juga merupakan perkembangan ekonomi di Nusa Tenggara Barat, atas dasar harga berlaku selama 5 tahun terakhir adalah 10,45 %. Pertumbuhan yang  relatif tinggi ini disebabkan karena pertimbangan faktor harga masih mempengaruhi nilai-nilai PDRB di atas.
Jika dilihat menurut lapangan usahanya, maka  peranan sektor pertambangan dan penggalian ternyata mendominasi nilai PDRB Nusa Tenggara Barat berdasarkan harga berlaku, kemudian disusul dengan sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor jasa. Hal ini disebabkan karena adanya eksplorasi tambang yang dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara  yang melakukan kegiatan penambangan emas dan mineral lainnya di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Hal tersebut memberikan kontribusi yang positip terhadap kegiatan perekonomian di daerah Nusa Tenggara Barat.

PDRB Menurut Harga Konstan selama 5 tahun terakhir di NTB
Perkembangan ekonomi yang lebih riil dapat dilihat pada perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan, karena  teknis pengukuran PDRB berdasarkan harga konstan adalah dengan mengabaikan tingkat harga pada tahun yang bersangkutan, tetapi mengacu pada tingkat harga pada tahun dasar, yang di Nusa Tenggara Barat menggunakan harga tahun dasar pada tahun 2002.
Adapun perkembangan nilai PDRB berdasarkan harga konstan terhadap 9 lapangan usaha di Propinsi NTB selama 5 tahun terakhir (2005 – 2009), dapat dilihat pada data tabel 3 berikut :

Tabel 3 : Perkembangan PDRB menurut harga konstan di Propinsi Nusa Tenggara Barat
                Periode 2005 – 2009 (dalam Rp. Juta)

No
Lapangan Usaha
   2005
 2006
  2007
     2008
2009*
 1.
 2

 3
 4

 5
 6

 7

 8


9
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
  3.878.236

  4.200.989
     680.808

       45.042
  1.002.557

  2.050.082

  1.108.011


     690.872
  1.572.192
 3.989.942

 4.079.897
    700.029

      48.566
 1.067.254

 2.209.496

 1.190.984


     745.436
 1.570.534
 4.105.587

 4.192.472
    769.735

      51.952
 1.148.264

 2.386.011

 1.276.177


    812.571
 1.622.706
  4.352.346

  3.814.922
     836.930

       60.799
  1.248.862

  2.504.698

  1.319.561


     892.563
  1.769.148
4.460.273

4.293.153
   934.546

     70.079
1.457.950

2.783.672

1.392.648


   976.967
1.941.141

T o t a l
15.183.789
 15.602.137
 16.365.476
16.799.829
18.310.427
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka,  2009, BPS  Propinsi NTB.
         * Angka sementara.

Data tabel 3 menunjukkan hal yang agak berbeda dengan tabel 2, karena dominasi lapangan usaha masih berada pada sektor pertanian, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian menduduki posisi kedua. Faktor penyebab perbedaan peranan sektor-sektor ekonomi pada PDRB berdasarkan atas harga berlaku dan harga konstan  disebabkan karena ada atau  tidaknya pengaruh inflasi pada pengukuran PDRB tersebut.
Berdasarkan harga  konstan, perkembangan ekonomi yang melibatkan seluruh sektor usaha di Nusa Tenggara Barat, dari tahun 2005  ke tahun  2006 tumbuh dari Rp. 15.183.789 juta menjadi Rp. 15.602.137 juta atau sekitar 2,75 %. Dari tahun 2006 ke tahun 2007 meningkat dari  Rp. 15.602.137 juta menjadi Rp. 16.365.476 juta atau sekitar  4,89 %. Sedangkan dari tahun 2007 ke tahun 2008 meningkat dari Rp. 16.365.476 juta menjadi Rp. 16.799.829 juta atau sekitar 2,65 %. Perkembangan dari tahun 2008 ke tahun 2009, dari Rp. 16.799.829 juta menjadi Rp. 18.310.427 juta (angka sementara), diperkirakan tumbuh sebesar  8,99 %. Perkembangan ekonomi menurut harga konstan dari tahun 2005 sampai tahun 2009 rata-ratanya adalah 4,82 %.

Perkembangan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha
            Pengukuran laju perkembangan  dari masing-masing lapangan usaha perlu dilakukan untuk melihat potensi dari setiap lapangan usaha dalam memberikan kontribusi pada kegiatan ekonomi masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Secara rinci, persentase perkembangan masing-masing lapangan usaha, diuraikan sebagai berikut :
a.      Perkembangan Lapangan Usaha Menurut Harga Berlaku
Persentase perkembangan masing-masing lapangan usaha selama 5 tahun terakhir, seperti diperlihatkan pada tabel  4 berikut :

Tabel 4 : Persentase Perkembangan PDRB menurut harga berlaku di Propinsi Nusa
               Tenggara Barat , Periode 2005 – 2009. (dalam persentase)

No
Lapangan Usaha
2005-2006
2006-2007
2007-2008
2008-2009
 Rata-rata
 1.
 2

 3
 4

 5
 6

 7

 8


9
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
     11,87

       8,79
       9,24

     10,70
     12,16

     15,78

     12,15


     14,30
    12,96
  10,39

    25,38
  14,20

  15,67
  16,22

  16,75

    9,81


  15,30
  12,10
    14,03

  (- 14,16)
    18,06

    21,25
    19,90

    18,39

    13,44


    21,42
   20,82
     8,84

      19,49
      19,67

      22,74
      27,88

      22,25

      11,67


      20,59
     31,11
   11,28
 
     9,88
   15,29
      
   17,59
   19,04
   
   18,29
   
   11,77
   

   17,90
   19,25
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka,  2009, BPS  Propinsi NTB.
        * Angka sementara.

Dari data pada tabel 4, terlihat bahwa perkembangan lapangan usaha jasa mengalami pertumbuhan yang relatif paling pesat, yaitu rata-rata sebesar 19,25 % per tahun, disusul oleh pertumbuhan sektor konstruksi  sebesar 19,04 %, kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 18,29 %, disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan sebesar 17,90 %. Sektor listrik, gas dan air bersih menempati urutan kelima yaitu tumbuh sebesar 17,59 %. Sektor industri pengolahan berada pada urutan keenam tumbuh sebesar 15,29 %, disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi di urutan ketujuh sebesar 11,77 %, dan sektor pertanian berada pada urutan ke delapan yaitu tumbuh sebesar 11,28 %. Sedangkan pertumbuhan yang paling rendah terjadi pada lapangan usaha  pertambangan dan pengalian, yaitu hanya tumbuh sebesar 9,88 %. Dari gambaran data di atas, terlihat bahwa sektor di luar pertanian (sektor sekunder) memperlihatkan laju pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan sektor pertanian yang  laju pertumbuhannya berada pada urutan ke delapan dari 9 sektor usaha ekonomi masyarakat. 

b.      Perkembangan Lapangan Usaha Menurut Harga Konstan
Perkembangan masing-masing lapangan usaha, jika dilihat berdasarkan harga konstan, mencerminkan perkembangan ekonomi yang lebih konkrit/riil, karena dalam pengukurn PDRB berdasarkan harga konstan, patokannya pada  harga tahun dasar tertentu, yaitu  harga yang terjadi pada tahun 2002. Perkembangan masing-masing sektor ekonomi di Propinsi Nusa Tenggara Barat, berdasarkan apangan usaha, dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5 : Persentase Perkembangan PDRB menurut harga konstan di Propinsi Nusa
               Tenggara Barat, Periode 2005 – 2009 (dalam persentase)

No
Lapangan Usaha
2005-2006
2006-2007
2007-2008
2008-2009
 Rata-rata
 1.
 2

 3
 4

 5
 6

 7

 8


9
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perush
Jasa-jasa
     2,88

  (-2,88)
     2,82

     7,82
     6,45

     7,78

     7,49


     7,90
 ( -0,11)
   2,90

   2,76
   9,96

   6,97
   7,59

   7,99

   7,15


     9,01
   3,32
    6,01

 (-9,01)
    8,73

  17,03
    8,76

    4,97

    3,40


    9,84
    9,02
    2,48

  12,54
  11,66

  15,26
  16,74

  11,14

    5,54


    9,46
    9,72
   3,57

   0,85
   8,29

 11,77
   9,89

   7,97

   5,90


   9,05  
   5,49
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka,  2009, BPS  Propinsi NTB.
         * Angka sementara.

Dilihat berdasarkan harga konstan, maka laju perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih memperlihatkan perkembangan paling tinggi, sebesar 11,77 %, disusul oleh sektor konstruksi sebesar 9,89 %, kemudian sektor  keuangan, real estate dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 9,05 %, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 8,29 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 7,97 %, kemudian sektor pegangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 5,90% disusul oleh sektor jasa-jasa yang tumbuh rata-rata 5,49 %. Sektor pertanian tetap berada pada urutan ke delapan dengan pertumbuhan 3,57 % dan yang terakhir pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh hanya sebesar 0,85 %. Dari perkembangan masing-masing sektor, terlihat bahwa sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang secara relatif memberikan kontribusi dalam struktur perekonomian Nusa Tenggara Barat, namun perkembangan kedua sektor tersebut  relatif tertinggal dibandingkan dengan sektor-sektor lain, sehingga ke depan  perekonomian Nusa Tenggara Barat secara struktur akan bergeser ke arah perekonomian yang menghasilkan jasa. Ciri perekonomian agraris secara perlahan-lahan akan bergeser ke arah  perekonomian industri, seperti industri jasa pariwisata, jasa keuangan dan lain sebagainya.


KESIMPULAN  DAN SARAN
a.       Kesimpulan
1.      Dilihat dari harga berlaku, rata-rata perkembangan per tahun  ekonomi Nusa Tenggara Barat adalah 10,45 %, merupakan perkembangan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran 5 % per tahun.
2.       Sedangkan jika dilihat berdasarkan harga konstan, pertumbuhan rata-rata tahunan ekonomi  Nusa Tenggra Barat dalam 5 tahun terakhir (2005 – 2009) adalah sebesar 4,82 %. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar 5 % per tahun dalam 5 tahun terakhir.
3.      Laju perkembangan per lapangan usaha berdasarkan harga berlaku, maka sektor jasa menempati urutan tertinggi dalam pertumbuhan lapangan usaha selama 5 tahun terakhir, yaitu dengan rata-rata 19,5 %, dan sektor pertanian serta pertambangan berada pada laju pertumbuhan yang relatif paling rendah.
4.      Sedangkan dilihat dari arga konstan, maka  pertumbuhan lapagan usaha di sektor listrik, gas dan air bersih memperlihatkan pertumbuhan yang paling tinggi, sebesar 11,77 %. Sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian, yang tumbuh sebesar 0,85 % per tahun selama tahun 2005 – 2009.

b.      Saran
1.      Sebagai daerah dengan jumlah penduduk terbanyak menggantungkan mata pencaharian di sektor pertanian, pemerintah diharapkan terus menggiatkan pengembangan sektor usaha pertanian, agar sektor petanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi dalam kegiatan ekonomi di Nusa Tenggara Barat.
2.      Program-program pembangunan yang menonjolkan keunggulan daerah Nusa Tenggara Barat agar digarap semakin serius, untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR  PUSTAKA

1.      …………….., 2009, Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat

2.      ……………..,   2010, Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah Nusa Tenggara Barat, Bulan April 2010, Bank Indonesia Mataram dan Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat.

3.      ……………...,   2009, Survey Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat,  Bank Indonesia Mataram dan Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat.
4.      Kuncoro, Mudrajat, 2001, Ekonomi Pembangunan, (Teori, Masalah dan Kebijakan) Penerbit UPPAMYKPN, Yogyakarta.
5.      Murni, Asfia, 2006, Ekonomika Makro, Penerbit PT Rafika Aditama, Bandung.
6.      Syahrir, dkk, 2001, Pemulihan Ekonomi dan Otonomi Daerah , Penerbit Lembaga Studi Pembangunan Indonesia, Jakarta.
7.      Sukirno, Sadono, (2000), Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
8.      Surakhmad, Winarno, 2002, Metode Penelitian, Penerbit Tarsito, Bandung.


‘*  Naskah ini dimuat pada : Media Informasi Ilmiah Universitas Mahasaraswati Mataram, GANECSWARA, Vol 4 Nomor 2, September 2010, ISSN  : 1978 - 0125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar